Sabtu, 26 Maret 2016

Cerita Bapak Ojek Daring

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk berbincang dengan seorang driver ojek daring yang menurut saya cukup menarik. Baru bergabung selama kurang lebih 6 bulan telah memberikan banyak cerita bagi beliau. Setiap hari Ia berangkat mulai pukul 6 pagi, dimulai dengan mengambil order yang paling dekat dengan tempat tinggalnya, dan berakhir sekitar pukul 10 malam dengan rute yang mendekati kediamannya. Dalam sehari beliau biasa mengambil 8 – 10 order.

Saya sempat tertegun mendengar cerita beliau. Pernah terlintas di pikiran saya bahwa keuntungan seorang driver ojek tak lebih dari sekedar produk efisiensi sebuah sistem berteknologi mutakhir. Hingga saya berkesempatan berbincang dengan beliau. Saat itu adalah hari libur sehingga order tidak seramai biasanya. Pun Ia sudah mengumpulkan 8 order sore itu. Ditanya tentang rute yang sering beliau ambil, beliau lebih banyak mengambil rute jarak pendek. Sebab, minimal payment ojek daring ini berlaku untuk jarak maksimal 10 km. Sedangkan pada hari libur, beliau cenderung mengambil rute jauh karena kuantitas order tidak sebanyak hari kerja.

Berapa jarak tempuh terdekat dan terjauh yang pernah beliau ambil? Ternyata, jarak terdekat yang pernah beliau ambil adalah setengah kilometer. Sedang untuk jarak terjauh, beliau pernah membawa konsumen hingga bekasi timur dengan nilai order 100 ribu rupiah. Dengan kecenderungan itu, beliau jarang mencapai jarak tempuh maksimal dari perusahaan, yaitu 150 km. Pihak perusahaan akan memberikan peringatan bagi driver yang tercatat melebihi batas maksimal jarak tempuh. Biasanya, jarak yang berlebih mengindikasikan kecurangan. “Lagipula gak mungkin dapat segitu, terutama hari kerja. Mana-mana macet. Kalaupun ternyata beneran narik, gak sehat karena pasti itu diforsir” beliau menjelaskan.

Selain layanan antar jemput penumpang, beliau juga sesekali mengambil order layanan antar barang / dokumen serta makanan. Bahkan beliau cenderung memilih dua order tersebut dibanding layanan antar jemput penumpang sebab tarif layanan tersebut lebih besar dari tarif ojek penumpang. Barang yang dikirim bervariasi. Mayoritas adalah surat-surat perkantoran. Suatu kali, beliau pernah mengantarkan selembar kertas bahkan sebuah kunci lemari. Namun, beliau juga pernah membatalkan order layanan antar barang karena barang yang akan dikirim melampaui batas berat maksimal yaitu 20kg. Beliau juga pernah mengambil order pembelian 20 porsi mie pangsit yang hanya berjarak kurang dari 100 meter, hanya saja pemberi order berada di lantai 23.

Taktik dan pemikiran beliau dalam menjalankan pekerjaannya membuat saya kagum. Di usia yang tak lagi muda, beliau melipatgandakan efisiensi kerja secara kontinyu. Bahkan inovasi masih menjadi hal yang spesial bagi anak muda jaman sekarang. Kebanyakan menerima begitu saja produk di sekitar mereka.

Pembawaan beliau yang sangat ramah dan informatif membuat saya bertanya-tanya, apakah beliau memiliki pelanggan tetap. Ternyata tidak. Jawaban ini cukup mengherankan bagi saya. Indonesia gitu loh, orang-orang memiliki concern lebih pada kecocokan. Faktor yang membuat kita rata-rata enggan berpindah ke orang lain saat sudah merasa nyaman.

Ternyata manajemen ojek daring ini memiliki aturan unik dimana driver hanya boleh melayani penumpang yang sama sebanyak maksimal 3 kali dalam seminggu. Lebih dari itu, driver  dicurigai melakukan tindakan kecurangan berupa order settingan. Yaitu order yang sudah dipesan dulu, baru diinput ke sistem. Tujuannya sederhana; agar pemesanan layanan berjalan tertib melalui satu pintu yakni lewat aplikasi.

Fakta ini lagi-lagi membuat saya kagum pada integritas beliau. Bekerja di jalanan bukanlah pekerjaan yang ringan. Seorang kawan pernah apes mendapat  driver yang careless without safety riding. Menyentak-nyentakkan gas serta zig-zag memotong jalur roda empat dengan santai. Dalam kondisi seperti itu, bekerja dengan orang yang menyenangkan akan menjadi pereda tingkat stress.

Ketika saya mengeluhkan bahwa malam sebelumnya seorang teman mengalami kesulitan membuat order ojek daring ini, beliau membenarkan bahwa sesekali masih ada sistem error. Namun frekuensi gangguan ini semakin jarang seiring pengembangan aplikasi oleh perusahaan. Ternyata, dibalik keluhan pelanggan atas sistem yang kurang stabil, driver menanggung resiko yang lebih besar. Jangankan order tidak datang tepat waktu, pelanggan bahkan bisa membatalkan order tanpa perlu menjelaskan ini itu. Tak jarang, saat sistem benar-benar down, order yang disetujui driver tak masuk ke perangkat konsumen sehingga saat driver datang menjemput penumpang, yang dituju sudah entah dimana..

Saya sempat bertanya apakah beliau memiliki rekan driver ojek daring yang berjenis kelamin perempuan. Sayangnya, beliau tidak memiliki rekan driver perempuan. Bahkan, beliau hanya kenal beberapa driver laki-laki. Beliau beralasan bahwa Ia jarang nongkrong di tempat-tempat yang ramai sesama driver ojek daring. Beliau menganggap bahwa kebiasaan itu membuat driver larut dalam obrolan lantas enggan mengambil order.

Di balik sikap profesional nan ramah beliau, ternyata tersimpan berbagai duka. Mulai dari pengorder yang sulit dicari keberadaannya, dipersulit menyampaikan pesanan oleh bagian keamanan kantor, hingga dipalak oleh preman saat melewati daerah tertentu lewat pukul 10 malam. Meski bayangan kesulitan mengintai setiap saat, tapi beliau menjunjung tinggi semangat dan etos kerjanya. Ah, hari itu saya benar-benar belajar banyak hal dari beliau :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar