A adalah Pembawa Virus Awal. Mereka mudah dideteksi, kebanyakan dari mereka sedang dalam pengobatan.
A bepergian untuk bertemu C, (di dalam perjalanan menuju C), A tidak sengaja berpapasan dengan B di area publik.
A dan B tidak saling mengenal.
Papasan tak disengaja tersebut bisa terjadi di:
- bandara
- terminal
- toilet umum
- taksi
- salon
- lift
- stasiun
- rest area jalan cepat (Tol)
- restoran
- supermarket
- tempat berbelanja
- konter Milk Tea
- dsb
A akhirnya tiba dan melakukan interaksi dengan C.
Tak peduli seberapa banyak C, kita bisa menemukan mereka.
C bisa saja:
- Keluarga
- teman
- rekan kerja
- tetangga
- kasir tempat kita berbelanja
- petugas konter bioskop
- pengantar pesanan makanan
- dsb
(Karena C dapat ditelusuri keberadaannya),
Maka C dikarantina dan diobservasi
Masalahnya adalah, kita tidak dapat menemukan 'B'. Tidak ada yang tahu 'siapakah B itu', bahkan 'B' sendiri.
(ingat, B tidak kenal A, dia TIDAK BERMAKSUD bertemu A, dia TIDAK TAHU bahwa A membawa Virus)
Lantas D keluar rumah, dia mungkin saja melakukan kontak / bertemu / tidak sengaja bersinggungan dengan B.
Maka, D menjadi B baru (B2)
Kontak / pertemuan / papasan tak disengaja tersebut bisa berupa:
- nongkrong bareng
- pergi ke supermarket
- berada dalam lift yang sama
- berjalan di keramaian
- jogging
- berbelanja
- antri di toilet umum
- dsb
D (yang lain lagi) tetap berada di rumah dan tidak pernah bepergian
Pada dasarnya, masa inkubasi virus adalah 2 minggu.
Dalam kurun waktu 2 minggu, golongan B akan mengalami gejala terjangkit virus.
Gejala tersebut dapat berupa:
- Demam
- Batuk
- Kesulitan bernapas
Tujuan dari Lockdown (karantina wilayah) dan karantina penduduk adalah menggunakan waktu untuk menemukan siapapun yang tergolong B
Dengan metode Karantina Wilayah dan Karantina Penduduk, kita dapat:
- menemukan golongan B, menerapkan karantina dan pengobatan pada mereka
- mengurangi dan menghentikan munculnya B2
- bahkan bisa menghentikan persebaran virus
Sumber:
https://twitter.com/BukhairiAbd/status/1239865478975127557?s=19