Kamis, 24 Januari 2013

Rambut Helm dan Family Time

Terinspirasi dari model helm yang baru saja diusung Citra Skolastika di 100% Ampuh, ih gile sempet nah gue nonton :0, gue jadi inget tren rambut keluarga gue. Yah, saat-saat gue masih kecill gitu, dimana potong rambut adalah acara wajib tiap beberapa bulan sekali, dan jadi ajang family time yang hm, cukup mengesankan. Buktinya keinget sampe sekarang, hehhehe.

Dan nampaknya, kesan itu benar-benar nancep di memori adik ke enamku, Nadia, hingga kemarin Ia cerita-cerita sama kembaranku,
Suatu sore di rumah:
“Alicia itu beruntung banget ya, dia dah gak hidup di jaman ayah doyan bikin rambut helm”
Aku membayangkan saat-saat itu,
Ayahku memang memotong rambut anak-anaknya dengan bantuan helm sebagai model, poni horizontal selevel daun kuping badian atas, berbatas anak kuping, lantas bagian lain sepanjang tengkuk. Selalu begitu. Persis helm jaman dulu.
 Dan yah, sekarang Alicia ‘hidup’ di antara kecerdasan, kalau tidak bisa disebut keusilan, dari kakak-kakaknya. Berbagai macam model rambut telah Ia cicipi, dari tangan kreatif kakaknya. Selain model helm, tentu saja. Tak tanggung, cat rambut pun pernah!
“Tapi itu bukan yang paling parah kak!” sambung Nadia dengan amat antusias, mungkin menanggapi reaksi Anisa yang cukup dingin dengan jawaban “Hm” saja.
“Soalnya temen aku pernah cerita, dulu waktu dia masih kecil, Ayahnya suka banget naruh batok kelapa di kepala anaknya, untuk (panduan-red) motong rambut! Emm, Rambut Batok Kelapa mungkin ya namanya,...
” -----

 Tradisi potong rambut keluarga Hendi selalu dilakukan pada hari minggu, diawali dengan sarapan, dan mandi lebih awal. Lantas kami mengambil koran bekas, untuk kami jadikan semacam baju, agar potongan rambut tidak mengotori baju sehingga menyebabkan gatal di badan.
Cara membuatnya sederhana, cukup dengan selembar koran utuh yang terlipat, kami buat pola setengah lingkaran dengan diameter masing-masing lebar bahu kami, tepat di tengah lipatan koran. Setelah itu, kami potong setengah lingkaran tersebut, lantas kami pakai. Nah, diameter lingkaran yang selebar bahu memungkinkan koran tersebut sukses melewati kepala kami, tapi Ups, terlalu lebar sehingga tidak menutupi leher. Nah, kami menggunakan clipper untuk memperkecil lingkaran. Cukup cerdas bukan?!
Acara potong rambut berlangsung sesuai urutan kelahiran, dari yang paling kecil. Kakak-kakak yang lebih besar bertanggung jawab untuk membantu adik-adiknya untuk membuat ‘baju potong rambut’, memastikan dia cukup tenang agar gunting tidak salah potong daun telinga (ini pernah terjadi, rasanya,... iuuuuuh sakit banget T.T), lantas membersihkan sisa-sisa rambut hasil potong rambut.
Setelah itu banyak sampah? Tentu saja, koran dan potongan rambut bertebaran dimana-mana. So,... saatnya bersih-bersih rumah bersama! Dengan rambut baru, semangat baru, senyum baru,...

 Lain minggu, acara kami adalah jemur kasur bersama.
Diawali dengan ritual yang sama, sarapan dan mandi pagi lebih awal, kami bergegas mencopot seprei dari masing-masing ranjang. Masing-masing mendapat bagian kok, bahkan dengan jumlah anak yang ‘sebanyak kami’. Hitunglah, dahulu kami punya 9, iyah, sembilan kasur, yang berarti minimal terdiri atas 9 seprei, 9 sarung bantal, serta 9 sarung guling! Mesi pada kenyataannya, kami punya bantal dan guling untuk masing-masing anggota keluarga kami. Eh nambah sepaket kasur di kamar belakang, untuk yang bantu-bantu rumah :D
Beberapa dari kami yang lebih tua menyiapkan kertas koran untuk alas menjemur kasur. Ada beberapa spot yang kami miliki, mulai dari atap garasi yang bisa diakses dari loteng, serambi lantai atas yang memang area jemur-jemur, serambi depan yang cukup besar dan halaman samping yang sangat lebar (sekitar 10x25 meter) Lantas kami beramai-ramai mengangkut kasur-kasur itu ke titik jemur. Dan bersiap menyasar kasur teritorial masing-masing!
Nah, ini adalah bagian paling penting, karena kami akan berlomba, kasur siapa yang paling mengembang! Dan nantinya akan kami puk-puk pake pukul kasur (ini semacam memukul kasur dengan semacam alat pukul dari rotan, untuk mengeluarkan debu yang terperangkap di kasur, sehingga pengembangan kasur yang kedua tidak mengandung debu).
Demikian ritual jemur kasur kami yang berujung pada bobok siang bareng dengan kasur yang habis dijemur, lengkap dengan seprei baru yang harum! Sebuah acara keluarga yang sederhana, tapi sangat menyenangkan!

Mungkin kalian bisa menirunya di rumah masing-masing, agar pekerjaan rumah tidak terlalu membebani si Mbak, atau bahkan Orang tua kita :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar