Selasa, 27 Oktober 2015

Berbeda

Beberapa orang bilang bahwa menjadi berbeda adalah menyenangkan. Being different, and proud. Beberapa yang lain, yang merasa minoritas, merasa tertekan. Tidak menjadi kebanyakan orang membuat gerak mereka terbatas. Belum lagi bullying-bullying yang menerpa. Semakinmempertegas perbedaan yang ada. Benarkah?
Apa yang membuatmu nyaman?
Seorang kawan menyebar sebuah kuis di grup bincang-bincang online. Kuis tentang kepribadian berdasarkan situasi yang membuat kita nyaman. Sambutan anggota grup cukup riuh. Ada yang bahkan mengganti pilihannya. Saya sendiri terpaku. Merasa asing pada pilihan yang ada. Bukan karena tak pernah mengalami. Hanya saja definisi situasi yang ditawarkan sama sekali tak memberikan kesan tenteram pada diri saya. Meski telah sekuat tenaga membayangkan. Lantas saya mencoba membalik premis. Tarik nafas dalam-dalam, and I bring myself into peace. Very cozy and comfort place. Then I open my eyes. Slowly but sure. Darkness, total darkness.
Sempat tertegun sampai akhhirnya saya menyadari bahwa kegelapan dalam arti sesungguhnya lah, yang selama ini menenangkan diri saya sendiri. Ada alasan, mengapa mennarik napas panjang hampir selalu diiringi memejamkan mata. Sebuah alasan yang sama, mungkin saat sebuah semburat silau menantang, kelopak cenderung menyipit dan menoleh ke belakang. Sometime we need to get back. Make some space from the world. Manage ourself in a milisecond to face the bright, in darkness.
Kita mungkin saja sangat menikmati hamparan luas salju putih. Selentingan memori kanak-kanak membuat salju begitu menggoda. Seolah permen kapas yang siap dijilat. Bayangan permainan ski juga melambai-lambai. Meluncur dengan luncuran sempurna.
Kita mungkin saja begitu bahagia di tengah padang savana. Angin sepoi-sepoi dengan aroma rerumputan, belaian ilalang di tangan seiring perjalanan. Hangat matahari seakana memeluk erat tubuh.
Atau bisa saja kita begitu menyukai deburan ombak, bunyi angin yang begitu merdu beradu dengan kelintingan yang saliing berdenting. Bau garam ikut meninabobokan raga.
Atau barangkali hutan hujan tropis membuat kita nyaman? Dengan bermacam buah menggelantung, pekik hewan-hewan membentuk harmoni, sejuk embun mencumbu setiap inci kulit kita.
Tapi ingatkah kita apa yang membuat lelah kita benar-benar hilang? Yang menenangkan kita setelahnya? Yang sebentar saja mengisi kembali semangat kita?
Tidur. Tidur yang berkualitas. Tidur yang kita lakukan dengan memejamkan mata. Mengantarkan jiwa dan raga pada ... gelap.

Masihkah kita berbeda?
Masing-masing dari kita punya cara sendiri untuk mendeskripsikan diri.  Ada yang monoton, ada yang multiwarna. Jangan pernah lupa, semua memiliki kesamaan: warna