Beberapa orang bilang
bahwa menjadi berbeda adalah menyenangkan. Being different, and proud. Beberapa
yang lain, yang merasa minoritas, merasa tertekan. Tidak menjadi kebanyakan
orang membuat gerak mereka terbatas. Belum lagi bullying-bullying yang menerpa. Semakinmempertegas perbedaan yang
ada. Benarkah?
Apa yang membuatmu nyaman?
Seorang kawan
menyebar sebuah kuis di grup bincang-bincang online. Kuis tentang kepribadian
berdasarkan situasi yang membuat kita nyaman. Sambutan anggota grup cukup riuh.
Ada yang bahkan mengganti pilihannya. Saya sendiri terpaku. Merasa asing pada
pilihan yang ada. Bukan karena tak pernah mengalami. Hanya saja definisi
situasi yang ditawarkan sama sekali tak memberikan kesan tenteram pada diri
saya. Meski telah sekuat tenaga membayangkan. Lantas saya mencoba membalik
premis. Tarik nafas dalam-dalam, and I bring myself into peace. Very cozy and
comfort place. Then I open my eyes. Slowly but sure. Darkness, total darkness.
Sempat tertegun
sampai akhhirnya saya menyadari bahwa kegelapan dalam arti sesungguhnya lah,
yang selama ini menenangkan diri saya sendiri. Ada alasan, mengapa mennarik
napas panjang hampir selalu diiringi memejamkan mata. Sebuah alasan yang sama,
mungkin saat sebuah semburat silau menantang, kelopak cenderung menyipit dan
menoleh ke belakang. Sometime we need to get back. Make some space from the world.
Manage ourself in a milisecond to face the bright, in darkness.
Kita mungkin saja
sangat menikmati hamparan luas salju putih. Selentingan memori kanak-kanak
membuat salju begitu menggoda. Seolah permen kapas yang siap dijilat. Bayangan
permainan ski juga melambai-lambai. Meluncur dengan luncuran sempurna.
Kita mungkin saja
begitu bahagia di tengah padang savana. Angin sepoi-sepoi dengan aroma
rerumputan, belaian ilalang di tangan seiring perjalanan. Hangat matahari
seakana memeluk erat tubuh.
Atau bisa saja kita
begitu menyukai deburan ombak, bunyi angin yang begitu merdu beradu dengan
kelintingan yang saliing berdenting. Bau garam ikut meninabobokan raga.
Atau barangkali hutan
hujan tropis membuat kita nyaman? Dengan bermacam buah menggelantung, pekik
hewan-hewan membentuk harmoni, sejuk embun mencumbu setiap inci kulit kita.
Tapi ingatkah kita
apa yang membuat lelah kita benar-benar hilang? Yang menenangkan kita
setelahnya? Yang sebentar saja mengisi kembali semangat kita?
Tidur. Tidur yang
berkualitas. Tidur yang kita lakukan dengan memejamkan mata. Mengantarkan jiwa
dan raga pada ... gelap.
Masihkah kita berbeda?
Masing-masing dari
kita punya cara sendiri untuk mendeskripsikan diri. Ada yang monoton, ada yang multiwarna. Jangan pernah lupa, semua
memiliki kesamaan: warna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar